Saya sendiri pada hari rabu tanggal 4 Mei menyempatkan diri untuk menengok kampung halaman. Perjalnan saya awali dengan naik angkot dari depan perumda tembalang menuju ke patung Diponegoro yang ada di daerah Ngesrep, kemudian perjalanan saya lanjutkan naik angkot lagi dari Patung Diponegoro menuju ke halte sukun dan setelah sampai saya langsung naik bus taruna atau Nusantara jurusan Solo. Siang itu bis tidak terlalu ramai, biasanya siang jam 11 bis udah penuh dan terpaksa berdiri jika nggak dapat kursi.
Setelah berjalan di lorong bis dan memilih-milih kursi, akhirnya saya memutuskan untuk duduk di kursi bagian tengah sisi kiri. Suara kondektur mengisyaratkan bis akan berangkat dan perjalanan pun di mulai. Saat perjalanan seperti biasa saya suka melihat jalan dari jendela dari pada untuk tidur di saat perjalanan, sayup-sayup sinar matahari masuk kedalam bis dan menerpa tangan saya, disitu saya hanya bisa berharap semoga kaca bis ini bisa menyerap sinar ultraviolet agar saya tidak bertambah pigmen kulitnya (tambah item)
Penumpang silih berganti naik dan turun bis, beberapa terminal juga sudah disambangi, kemudian terlintas di benak saya tentang beberapa hal konyol yang pernah saya jumpai saat perjalanan kembali ke kampungan halaman. Pikiran saya membawa saya pada kejadian yang membuat senyum mengembang pada bibir saya yang kering dan gak terawat ini, Kejadian dari belasan bahkan puluhan kejadian konyol lainnya, namun hanya satu yang akan saya ceritakan, satu kejadian koplak dari lainnya. Satu.
"Ehh M4z 1ni KuR51 K050ng?"sambil menunjuk kursi yang berada di antara kita (karena saking alaynya, saya ketik dengan huruf alay)
Saya jawab dengan anggukan anggun dan tatapan kosong kayak habis liat makhluk astral..
Mengerti dengan bahasa tubuh saya, lalu Si Bunga langsung naruh kopernya yang segede lemari di atas kursi tersebut. Smart!!
Ehhh gak lama setelah Si Bunga naruh koper di kursi, datanglah pemuda dengan kaos oblong dan celana jeans robek ingin duduk di kursi yang ada kopernya ini. Sebut saja masnya ini Si Gundul karena dia rambutnya agak gundul gitu.
"Mas, saya duduk sini ya?" kata gundul, sambil menunjuk kursi yang ada kopernya..
Ketika saya mau menjawab ehh Si Bunga langsung nyeplos aja, padahal kan yang di tanya saya
"Iyaa mas duduk aja, kosong kok hihihihi" jawab Bunga dengan nada mendayu dan senyum alay
langsung deh Si Bunga mindahin kopernya di lorong tengah bis dan duduklah mas gundul ini di samping kiri saya
Sekarang tempat duduk yang semula kosong sudah terisi penuh, saya di bagian paling kanan mepet jendela, samping kiri saya Si Gundul dan samping kiri Si Gundul adalah Si Bunga. Tiga puluh menit pertama saya lalui dengan duduk tenang dan setelah itu Si Gundul mulai ngajak cerita (its ok daripada garing). Dia cerita banyak hal, mulai dari dia belum sarapan pagi itu karena deadline tugas sampe cerita tentang pacarnya yang keliatannya sangat dia banggakan.
Gak lama dia cerita tentang pacarnya yang mau dia samperin rumahnya di salah satu kota Jawa Timur, tiba-tiba dia di telfon pacarnya. Kemudian dia bercakap-cakaplah dengan pacarnya via telfon..
Dan saya sadar itu percakapan ter-eneg yang pernah saya dengar. Percayalah. Seperti ini contohnya
"Sayang aku belum makan loh, nanti pas nyampek masakin yaa" kata si gundul
karena saya gak sengaja mendengar ato speakerphone dia yang kenceng, jadi saya juga bisa dengar jawaban dari pacarnya gundul ini. Perfect!
"Mau dimasakin apa?" pacar Si Gundul dengan nada manjik (manja jijik)
"Apa saja sayang, yg penting masak dengan cinta" jawab Gundul dengan ketawa kecil
Mendengar jawaban tersebut saya langsung berniat untuk ke dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan) saat sampe ke Madiun, terus saya berguman dengan kata-kata gaul
"Ehh lo mau cuman makan aer yang penting masaknya dengan cinta !@#$%^&*" kenyang kagak kembung iya..
Saat ngobrol panjang lebar dengan Si Gundul, Si bunga juga suka nyambung-nyambung sendiri dalam obrolan kami. Sepertii saat kami sedang ngobrolin kondisi ekonomi pada warga yang jalan depan rumahnya dilewatin jalan bis
"Mass, ini rumah warga yang jalannya sering dilewatin bis tokonya jadi gak laku ya" kata Gundul.
"Iyaa mas, seharusnya toko mereka (para warga) jualll...." Tiba-tiba kalimat saya di potong oleh Bunga.
"Belum tau mas, nanti saya mau buka toko apa xixixixi" Potong Bunga dengan volume yang lebih keras daripada saya..
Mendengar jawaban Si Bunga yang gak nyambung, saya dan Si Gundul cuman bisa menatap Bunga dengan muka datar..
Hemmm cerita berakhir saat gundul turun di Terminal Ngawi Lama untuk oper bis, sedangkan Si Bunga gak tau turun mana karena ketika saya turun di Terminal di Madiun dia masih melanjutkan perjalanan ke arah Surabaya..
See you Si Gundul dan Si Bunga, kalian telah memberikan saya pengalaman tersendiri di perjalanan saat itu.. dan Semoga kalian selalu di beri keberuntungan dan perlindungan dari Tuhan YME
Setelah mengingat hal tersebut saya menghela nafas dalam dan berfikir, heemmm kali ini pengalaman apalagi yang saya temukan di perjalanan ke Solo dan Madiun pada tanggal 9 Mei daann saya tidak menemukan kejadian yang koplak hingga akhirnya touchdown di Madiun.
Jadi dari semarang ga ada bus yang langsung madiun kah ?
BalasHapus