Jumat, 13 Mei 2016

SEBUAH CERITA DI PERJALANAN SEMARANG-MADIUN

Artikel kali ini adalah tentang pengalaman saya saat perjalanan pulang ke kampung halaman, Madiun. Seperti biasanya saya kalo pulang Madiun menggunakan bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan jurusan Solo. Mau ke Madiun kenapa ke Solo dulu? heemmm bagi kalian yang belum tau, jika kalian naik bis dari Semarang mau ke Madiun dan sekitarnya, kalian harus oper bis dulu di Solo tepatnya di terminal Tirtonadi dengan cara masuk ruang tunggu bis di jurusan Jawa Timur.

Saya sendiri pada hari rabu tanggal 4 Mei menyempatkan diri untuk menengok kampung halaman. Perjalnan saya awali dengan naik angkot dari depan perumda tembalang menuju ke patung Diponegoro yang ada di daerah Ngesrep, kemudian perjalanan saya lanjutkan naik angkot lagi dari Patung Diponegoro menuju ke halte sukun dan setelah sampai saya langsung naik bus taruna atau Nusantara jurusan Solo. Siang itu bis tidak terlalu ramai, biasanya siang jam 11 bis udah penuh dan terpaksa berdiri jika nggak dapat kursi.



Setelah berjalan di lorong bis dan memilih-milih kursi, akhirnya saya memutuskan untuk duduk di kursi bagian tengah sisi kiri. Suara kondektur mengisyaratkan bis akan berangkat dan perjalanan pun di mulai. Saat perjalanan seperti biasa saya suka melihat jalan dari jendela dari pada untuk tidur di saat perjalanan, sayup-sayup sinar matahari masuk kedalam bis dan menerpa tangan saya, disitu saya hanya bisa berharap semoga kaca bis ini bisa menyerap sinar ultraviolet agar saya tidak bertambah pigmen kulitnya (tambah item)



Penumpang silih berganti naik dan turun bis, beberapa terminal juga sudah disambangi, kemudian terlintas di benak saya tentang beberapa hal konyol yang pernah saya jumpai saat perjalanan kembali ke kampungan halaman. Pikiran saya membawa saya pada kejadian yang membuat senyum mengembang pada bibir saya yang kering dan gak terawat ini, Kejadian dari belasan bahkan puluhan kejadian konyol lainnya, namun hanya satu yang akan saya ceritakan, satu kejadian koplak dari lainnya. Satu.


Hemmm.. ini terjadi pada saat saya semester 2 dan baru saja melaksanakan Ujian Akhir Semester hari terakhir. Saya biasanya langsung balik setelah UAS selesai, perjalanan tampak normal-normal saja seperti biasanya hingga tiba ke Solo untuk oper bis jurusan Jawa Timur. Dari sinilah semua kejadian koplak itu berawal, langkah saya langsung menuju Bis Mira jurusan Surabaya yang berhenti di terminal Madiun, eittss namun sebelum itu saya ke WC dulu (saya sarankan ke WC sebelum naik angkutan umum untuk perjalanan jauh, jika tidak, kalian akan membayangkan botol bagaikan WC umum yang siap kalian "tandai"saat perjalanan.) Saya duduk dengan woles di tengah sisi kanan bis yang kursinya ada 3 deret dan seperti biasa saya duduk dekat jendela.



 Satu persatu penumpang masuk,diikuti dengan suara pedagang asongan "minumnya mas, aquaa-aquaa, mijon-mijonnn, pantanya maasss (untung gak panta(t)nya)".. Tidak lama duduklah seorang gadis sebut saja Si Bunga di sebelah kiri saya yang berjarak satu kursi. Dia datang membawa seabrek barang, mulai dari koper, tas jinjing, tas ransel dan beberapa tas kresek. Alhasil dengan bawaan se rempong itu, dia terlihat ribet menata barang bawaanya agar tidak berceceran di lorong bis. Kemudian dengan bedak tebel, alis kayak sayap burung kondor, poni lempar lembing dan bibir dengan lipstik merah kayak cat minyak, dia bertanya dengan nada anak 4LaY kepada saya,

"Ehh M4z 1ni KuR51 K050ng?"sambil menunjuk kursi yang berada di antara kita (karena saking alaynya, saya ketik dengan huruf alay)
Saya jawab dengan anggukan anggun dan tatapan kosong kayak habis liat makhluk astral..
Mengerti dengan bahasa tubuh saya, lalu Si Bunga langsung naruh kopernya yang segede lemari di atas kursi tersebut. Smart!!

Ehhh gak lama setelah Si Bunga naruh koper di kursi, datanglah pemuda dengan kaos oblong dan celana jeans robek ingin duduk di kursi yang ada kopernya ini. Sebut saja masnya ini Si Gundul karena dia rambutnya agak gundul gitu.

"Mas, saya duduk sini ya?" kata gundul, sambil menunjuk kursi yang ada kopernya..
Ketika saya mau menjawab ehh Si Bunga langsung nyeplos aja, padahal kan yang di tanya saya
"Iyaa mas duduk aja, kosong kok hihihihi" jawab Bunga dengan nada mendayu dan senyum alay
langsung deh Si Bunga mindahin kopernya di lorong tengah bis dan duduklah mas gundul ini di samping kiri saya

Sekarang tempat duduk yang semula kosong sudah terisi penuh, saya di bagian paling kanan mepet jendela, samping kiri saya Si Gundul dan samping kiri Si Gundul adalah Si Bunga. Tiga puluh menit pertama saya lalui dengan duduk tenang dan setelah itu Si Gundul mulai ngajak cerita (its ok daripada garing). Dia cerita banyak hal, mulai dari dia belum sarapan pagi itu karena deadline tugas sampe cerita tentang pacarnya yang keliatannya sangat dia banggakan.

Gak lama dia cerita tentang pacarnya yang mau dia samperin rumahnya di salah satu kota Jawa Timur, tiba-tiba dia di telfon pacarnya. Kemudian dia bercakap-cakaplah dengan pacarnya via telfon..
Dan saya sadar itu percakapan ter-eneg yang pernah saya dengar. Percayalah. Seperti ini contohnya

"Sayang aku belum makan loh, nanti pas nyampek masakin yaa" kata si gundul
karena saya gak sengaja mendengar ato speakerphone dia yang kenceng, jadi saya juga bisa dengar jawaban dari pacarnya gundul ini. Perfect!
"Mau dimasakin apa?" pacar Si Gundul dengan nada manjik (manja jijik)
"Apa saja sayang, yg penting masak dengan cinta" jawab Gundul dengan ketawa kecil
Mendengar jawaban tersebut saya langsung berniat untuk ke dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan) saat sampe ke Madiun, terus saya berguman dengan kata-kata gaul
"Ehh lo mau cuman makan aer yang penting masaknya dengan cinta !@#$%^&*" kenyang kagak kembung iya..

Saat ngobrol panjang lebar dengan Si Gundul, Si bunga juga suka nyambung-nyambung sendiri dalam obrolan kami. Sepertii saat kami sedang ngobrolin kondisi ekonomi pada warga yang jalan depan rumahnya dilewatin jalan bis

"Mass, ini rumah warga yang jalannya sering dilewatin bis tokonya jadi gak laku ya" kata Gundul.
"Iyaa mas, seharusnya toko mereka (para warga) jualll...." Tiba-tiba kalimat saya di potong oleh Bunga.
"Belum tau mas, nanti saya mau buka toko apa xixixixi" Potong Bunga dengan volume yang lebih keras daripada saya..
Mendengar jawaban Si Bunga yang gak nyambung, saya dan Si Gundul cuman bisa menatap Bunga dengan muka datar..

Hemmm cerita berakhir saat gundul turun di Terminal Ngawi Lama untuk oper bis, sedangkan Si Bunga gak tau turun mana karena ketika saya turun di Terminal di Madiun dia masih melanjutkan perjalanan ke arah Surabaya..

See you Si Gundul dan Si Bunga, kalian telah memberikan saya pengalaman tersendiri di perjalanan saat itu.. dan Semoga kalian selalu di beri keberuntungan dan perlindungan dari Tuhan YME

Setelah mengingat hal tersebut saya menghela nafas dalam dan berfikir, heemmm kali ini pengalaman apalagi yang saya temukan di perjalanan ke Solo dan Madiun pada tanggal 9 Mei daann saya tidak menemukan kejadian yang koplak hingga akhirnya touchdown di Madiun.



1 komentar: