Senin, 20 Juni 2016

FILOSOFI TANPA LAYAR

Emmm halloo
Lama tak jumpa
Jadii kali ini saya akan membagikan seonggok cerita lagi kepada kalian semua, cerita ini terinspirasi dari kejadian atau bisa di bilang tragedi yang saya alami sehingga keinginan saya untuk membuat sebuah artikel eksplor jadi tertunda. Tragedi apakah itu? hemm jadi gini, sekitar tiga hari yang lalu layar laptop dan layar tv saya gak bisa dinyalain alias rusak. Sebenernya sudah beberapa bulan saya menggunakan layar tv untuk menggantikan layar laptop saya yang tepar duluan.

Kok layarnya bisa pada tepar? yaak cerita akan saya mulai dibawah ini
Alkisah dimulai saat pagi yang celah dan sinar mentari mulai memasuki kamar saya yang berantakannya kayak rambut mbak-mbak alay yang habis di rebonding tapi bawa motor ngebut gak pake helm. Pagi-pagi saya udah nyalain laptop untuk ngerjain skripsi (niatnya gitu sih tapi akhirnya malah maen need for speed undergound 2), asik-asiknya maen saya ingat kalau baterainya tinggal dikit dan cashnya saya tanclepin (B.Indo nya tanclepin apasih?). Saat yang bersamaan dengan saya nanclepin cash-an, layar saya mati seketika. Tak kira cuman mati biasa, mungkin karena batrenya udah habis ato laptopnya yang eror, kemudian saya tinggal mandi sebentar.



Sesudah mandi saya mencoba untuk menyalakan laptop kembali, laptopnya nyala tapi tidak dengan layarnya dan disinilah saya mulai merasa panik. Saya langsung ke kost teman saya untuk meminjam kabel HDMI, demi menyelamatkan data-data skripsi saya. Singkat cerita pada hari itu juga saya ditemani oleh Almira langsung ke tempat servisan untuk menanyakan harga, karena harga tidak mendukung, servis diurungkan pada hari itu. Singkat cerita akhirnya saya membeli kabel HDMI untuk disambungkan ke tivi, jadilah tv saya menggantikan layar laptop yang udah tepar.

Berbulan-bulan saya menggunakan layar tv untuk menggantikan layar laptop saya daan pada suatu pagi yang cerah lagi, saya menemukan keanehan di tivi saya. Yaa tanda power yang biasanya berwarna merah tidak menyala. Pagi itu saya kira masih mimpi melihat tombol power yang tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan heemmm alamat rusak nih tipi. Benar saja, tivi saya sudah coba untuk saya hidupkan seperti nyopot colokan dan nyolokin lagi berkali-kali, neken tombol power berkali-kali, membongkar tivi untuk membersihkan dalemnya (untung bisa aku rakit lagi) sampe ngasih nafas buatan tetap saja tivi saya gak mau nyala..

Mulai hari itu, detik itu, saya gak ada layar satu pun untuk menggunakan laptop saya, layar laptop tepar dan layar tivi ikutan tepar hemm sehingga Filosofi Tanpa Layar pun dimulai. Asik.

Filosofi Tanpa Layar.



Setidaknya selama empat hari saya nggak menggunakan laptop, disitu banyak hal menarik saya temui. Saya termasuk orang yang betah mainnan laptop, mulai dari youtube-an, nulis artikel kayak gini sampe maen game berjam-jam. Setidaknya sekitar 10 jam (bahkan lebih) dalam sehari saya terpaku pada layar tivi atau laptop saya, namun semenjak layar tipi dan laptop saya rusak, membuat saya menemukan hal-hal lain yang lebih menyenangkan daripada maen laptop. Ada empat hal menarik yang saya temui saat layar laptop dan tivi rusak selama empat hari.
Empat hal dalam Empat hari. 4.

HAL PERTAMA DI HARI PERTAMA saya bingung mau ngapain, cuman bisa tidur, mangap-mangap, tidur lagi. Kemudian saya memutuskan untuk membaca novel. heemm akhir-akhir ini saya tertarik membaca novel, namun saya tidak tertarik dengan semua novel. Biasanya saya suka membaca novel yang non-fiktif atau dari kisah nyata jadi gak mengarang bebas dan bener-bener dialami oleh penulis. Setelah membeli dan membaca beberapa novel, kemudian saya belajar untuk menulis artikel yang bagus kayak di novel karangan Raditya Dika (Walaupun dalam artikel ini saya masih kurang bagus nulisnya hehe).

HAL KEDUA DI HARI KEDUA ketika dikost saya cuman ada layar hp yang masih sehat, saya lebih sering menghabiskan waktu saya bersama sapi. Jangan dikira saya menggembala atau memerah susunya sapi saat layar laptop dan tivi saya mati,namun sapi yang saya maksud adalah teman saya. Kami jadi tambah sering ngobrol  bareng, makan bareng tapi gak sampe jadian (yakalik cyiin).

HAL KETIGA DI HARI KETIGA, saya untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, akhirnya dengan bangga saya katakan jakalau saya nyuci motor saya. Motor saya sudah lama banget gak saya bersihkan karena menurut saya gak ada waktu untuk membersihkan atau menyuci motor saya (padahal males hehe), setelah di cuci sekian menit akhirnya kinclong juga nih motor. Sebelum di cuci kayak motor yang habis di pake perang dunia pertama berubah menjadi motor yang habis di pake perang irak (sama aja) setelah di cuci.

HAL KEEMPAT DI HARI KEEMPAT, saya lebih sering menulis dengan pensil ataupun pulpen. Setelah sekian lama jari-jari saya digunakan untuk mengetik artikel maupun skripsi, akhirnya saya dapat berlama-lama menulis dengan pensil. Rasanya geli-geli gimana gitu, agak kaku juga sih karena lama gak nulis. Tulisan saya yang sebelumnya kayak cakar ayam dan setelah sekian lama menulis tulisan saya jadi cakaran mbak-mbak. eh.

Empat hari tanpa layar bisa dibilang membawa ku kepada hal-hal yang sudah lama tidak kerjakan dan juga membuat aku bertemu hal-hal baru. Perhatianku yang haya terpaku kepada layar dan dunia maya sekaligus tugas teralihkan kepada hal-hal baru yang cukup membuat pikiranku fresh kembali. Bukan hal-hal mewah seperti liburan ke tempat hits namun hal sederhana yang yaaa bisa dibilang berkesan hemmm

Terus dimana letak filosofinya? hemm kayak film filosofi kopi yang dimana letak filosofinya adalah rasa pahit gak selamanya gak nikmat. Rasa pahit bisa saja menjadi nikmat seperti kopi. Nahhh di artikel ini yang dimasud filosofi tanpa layar adalah layar khususnya layar kaca seperti laptop, hp dan tivi menyajikan sesuatu didalam dunia maya seperti obrolan di dunia maya, berita di dunia maya dan segala sesuatu di dunia maya. Kita termasuk aku seperti sudah terjebak ke dalam lingkaran teknologi dan globalisasi yang membuat aku merasa ada yang hilang. Iya hilang. Sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. feel yang tidak kita dapat ketika kita terpaku dengan layar.

feel antara berbicara lewat video call dengan feel saat kita ngobrol langsung. Walaupun bertatap muka tapi memiliki feel yang berbeda. feel saat kita membaca berita di hp, tivi, laptop dsb berbeda ketika kita membaca di koran dan media cetak lainnya. Feel. Berbicara tentang feel pasti setiap orang berbeda. Mungkin ada beberapa yang senang bermaya ria namun ada beberapa yang tidak. Kalo aku?. Hemm mungkin aku bisa dibilang abu-abu. Terkadang bisa seharian mantengain laptop, namun ketika aku diluar seperti berkumpul dengan teman, menunggu sesuatu di luar seperti dirumah makan ataupun dikampus, aku lebih suka memandang tembok, lantai, orang yang lewat, jam, pohon dan segala sesuatu yang ada di sekitar tempat aku menunggu.

Mengapa demikian? hemmm sederhana sih, aku mau sementara terlepas dalam lingkaran maya. Iya Sementara. aku gunakan waktu tersebut dengan sebaiknya tanpa memandang layar apapun itu. apakah itu menyenangkan? Tidak, tapi aku mendapatkan sesuatu yang berbeda
daaan setelah itu aku masuk kembali ke lingkaran maya. Seperti menulis artikel ini aku kembali terpaku pada layar kaca dan dunia maya. kenapa gak menulis di buku? emmm I dont know..








Tidak ada komentar:

Posting Komentar